Badan Meteorologi, Klimatologi, serta Geofisika () memperingatkan kekeringan saat ini baru tahap awal lantaran tren global terus meningkat. Apa industri Pemerintah buat mengatasinya?
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap kekeringan tahun ini setara dengan yang dimaksud terjadi pada 2019.
Kedua periode kekeringan ini sama-sama dipicu oleh fenomena iklim yang digunakan dimaksud mengeringkan curah hujan, El Nino kemudian Indoan Ocean Dipole (IOD), yang mana dimaksud terjadi bersamaan. Namun, kekeringan kali ini baru permulaan.
“Ancaman kekeringan kali ini ibaratnya baru bagian pendahuluan,” cetus dia, dalam acara Forum Merdeka Barat 9, yang tersebut digunakan disiarkan secara daring, Selasa (17/10).
Ia mengungkap mengatakan berbagai data lembaga meteorologi menunjukkan tren kenaikan suhu global.
“Suhu ini sudah meningkat naik sampai hari ini sudah mencapai hampir 1,2 derajat Celsius serta peningkatannya semakin curam setelah tahun 1970,” ucapnya.
Dwikorita pun mengungkap kemungkinan kekeringan “masih akan berlanjut lantaran dari perhitungan kami rata-rata 10 tahun itu kenaikan [suhu]-nya 0,3 derajat Celsius.”
Pada ajang yang mana sama, Endra S. Atmawidjaja, Juru Bicara Kementerian Pekerjaan Umum juga Perumahan Rakyat (PUPR), mengakui bencana iklim ini mesti ditangani segera.
Bentuknya, musim hujan yang tersebut dimaksud amat deras hingga menyebabkan banjir serta musim kemarau yang digunakan dimaksud amat kering hingga kurang air.
“Kita perlu menambah tampungan-tampungan air yang dimaksud yang memang digunakan unhtuk menyuplai air pada musim kemarau sekaligus pada musim hujan dapat menampung kelebihan debit akibat hujan ekstrem,” jelasnya.
“Kita perlu menambah banyak bendungan, embung, lalu juga memelihara tampungan existing yang digunakan sudah disediakan oleh alam, yaitu danau, situ lalu sebagainya.”
Dalam 10 tahun terakhir, katanya, Pemerintah merencanakan tambahan 61 bendungan. Sampai saat ini, 36 bendungan sudah diselesaikan. Sisanya 25 bendungan diupayakan selesai. Rinciannya, 10 unit pada 2023 juga 15 dalam 2024.
Dengan peningkatan daya tampung air ini, Endra menyebut penyetoran tanaman pangan mampu tambahan tinggi sering frekuensinya/
“Nah ini gunanya sangat penting sekali oleh sebab itu kita bisa saja jadi meningkatkan ketahanan pangan kita yang tersebut digunakan biasanya kita semata-mata menginvestasikan dua kali 1 tahun, kita mampu tingkatkan menjadi 3 kali bahkan lebih,” imbuh dia.
Jika program ini terealisasi, 300 bendungan total dimiliki pada 2024. Angka sebelumnya, yakni per 2014, Indonesia baru punya 230 bendungan.
Namun, ia mengaku angka itu masih sangat dari China, misalnya.
“China punya 98 ribu bendungan. Kita bendungan besar 300, [bendungan] sedang serta kecil cuma 3.000 atau 4.000. Jadi bukan sampai 10 persen dari China,” keluh Endra.