Mengenal Period Poverty yang Disorot di Tengah Ramai Pembalut ‘Reject’

Mengenal Period Poverty yang dimaksud Disorot di tempat Tengah Ramai Pembalut ‘Reject’

Ramai bahasan mengenai reject memunculkan istilah ‘period poverty‘ di dalam area jagad maya. Apa itu period poverty?

Dalam beberapa waktu terakhir, lini masa ramai dengan obrolan terkait pembalut reject. Hal ini dimulai dari unggahan pribadi pengguna media sosial X (Twitter) yang dimaksud memperlihatkan pelanggan pembalut reject di dalam tempat toko daring.

Dalam tangkapan layar yang dimaksud mana beredar, komoditas itu miliki cacat atau kerusakan sehingga tak dapat beredar pada pasaran.

Unggahan itu pun mengundang respons dari banyak warganet. Tak sedikit warganet yang dimaksud yang disebut mempertanyakan keamanannya. Beberapa warganet juga menyoroti isu period poverty.

Period poverty is real and existing issues in many parts of the world,” tulis salah individu warganet.

Apa itu period poverty?

Pada dasarnya, period poverty adalah isu global yang mana menggambarkan kurangnya akses perempuan terhadap sanitasi lalu sekolah tentang kebersihan menstruasi. Tak cuma perkara pembalut atau tampon, hal ini juga menyoroti kondisi-kondisi lainnya yang dimaksud itu berhubungan dengan menstruasi.

Berdasarkan data World Bank, diperkirakan sebanyak 500 jt orang di area tempat dunia bukan mempunyai akses terhadap hasil menstruasi kemudian sarana memadai untuk manajemen kebersihan menstruasi.

“Meski menstruasi adalah bagian kehidupan yang normal kemudian juga sehat bagi sebagian besar perempuan kemudian anak perempuan, tapi dalam dalam banyak masyarakat, pengalaman menstruasi masih dibatasi oleh tabu budaya kemudian normal-normal sosial yang tersebut dimaksud diskriminatif,” tulis World Bank.

Seorang anak perempuan menghabiskan makannya di tempat area depan hunian orangtuanya dalam area bawah jembatan layang tol Pluit, Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2015. Gizi buruk maupun busung lapar menghantui anak-anak yang digunakan yang disebut hidup pada area bawah garis kemiskinan. CNN Indonesia/Safir MakkiIlustrasi. Period poverty jadi isu global yang masih terjadi hingga saat ini. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Kemiskinan jadi salah satu hal yang mana paling disorot dalam period poverty. Harga jual pembalut menjadi salah satu masalahnya. Tingkat sektor ekonomi yang tersebut dimaksud rendah dapat memproduksi seseorang berpikir ulang untuk membeli satu kemasan pembalut. Padahal, satu hari dalam periode menstruasi semata biasanya perempuan akan membutuhkan tambahan dari satu pembalut.

Sebuah laporan yang dimaksud hal itu dipublikasikan dalam BMC Women’s Health menemukan, orang-orang yang digunakan mana tak dapat mengakses barang menstruasi beralih pada barang-barang alternatif pengganti. Misalnya sekadar kain lap, tisu toilet, juga popok anak. Beberapa orang bahkan menggunakan pembalut dalam waktu tambahan lama dari yang dimaksud dimaksud disarankan.

Mengutip Medical News Today, pengaplikasian hasil alternatif menyebabkan seseorang berisiko lebih lanjut lanjut tinggi terkena infeksi pada saluran kemih.

Menggunakan pembalut dalam waktu yang dimaksud lebih besar tinggi lama juga dapat berbahaya. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko toxic shock syndrome, infeksi yang dimaksud langka namun berbahaya.

……

Minimnya akses terhadap kebersihan menstruasi mengakibatkan praktik yang digunakan mana tidaklah ada higienis. Mencapai kesehatan menstruasi yang digunakan yang disebut ideal menjadi utopis.

Padahal, inisiasi Global Menstrual Collective pada tahun 2019 merinci beberapa hal yang mana mana perlu dimiliki umum dalam rangka menjaga kesehatan menstruasi. Salah satu yang digunakan digunakan paling penting adalah akses terhadap item menstruasi juga pengetahuan lain yang digunakan mana ada dalam sekitarnya.

Stigma yang digunakan berkembang dalam tengah warga jadi salah satu alasan mengapa period poverty tak kunjung hilang. Alih-alih dianggap sebagai hal normal, menstruasi justru dipandang sebagai sesuatu yang dimaksud dimaksud ‘kotor’ juga juga patut disembunyikan pada tempat beberapa total budaya.

Stigma negatif ini menghalangi orang untuk membuka ruang diskusi yang dimaksud dimaksud berkaitan dengan menstruasi. Akibatnya, informasi seputar kesehatan menstruasi pun tak menyebar dengan merata.

Period poverty di tempat tempat Indonesia

Kampung Ampiun Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. merupakan pemukiman kumuh padat penduduk yang dimaksud terletak dalam tengah-tengah kota.Jakarta. Kamis 31 Januari 2019. CNN Indonesia/Andry NovelinoIlustrasi. Indonesia juga tak lepas dari isu period poverty. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Tak cuma pada negara-negara Afrika, period poverty juga tampaknya terjadi dalam Indonesia. Sebuah laporan yang digunakan dimaksud dirilis oleh UNICEF bekerja mirip dengan Burnet Institute, SurveyMETER, Water Aid Australia, juga Aliansi Remaja Independen menemukan banyaknya tantangan yang digunakan dihadapi perempuan Indonesia saat menstruasi.

UNICEF bahkan menemukan bahwa 25 persen remaja perempuan dalam Indonesia tak pernah berdiskusi tentang menstruasi sebelum merek mendapatkannya. Artinya, topik menstruasi masih dianggap tabu. Akibatnya, informasi seputar kesehatan menstruasi pun tak tersebar secara merata.

Data juga menemukan, sebanyak 2 dari 3 perempuan di dalam dalam daerah urban lalu 41 persen perempuan dari wilayah pedesaan yang digunakan mengganti pembalut setiap 4-8 jam sekali. Padahal, normalnya pembalut harus diganti saat terasa penuh.

Tak belaka itu, pada tahun 2020 lalu juga pemerintah menghapus item pembalut dari komponen kebutuhan hidup layak (KHL) lalu menggantinya dengan korek kuping.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top