Grand Indonesia lakukan kurasi pada tenant yang berjualan di Foodprint

Grand Indonesia lakukan kurasi pada tenant yang mana berjualan di dalam Foodprint

Jakarta – Mal Grand Indonesia (GI), Jakarta melakukan kurasi pada setiap tenant yang yang berjualan dalam foodcourt-nya yang digunakan diberi nama Foodprint guna memaksimalkan hasil jualan serta mencegah hidangan yang hal tersebut monoton bagi pengunjung.

“Kita tidak ada ada bisa jadi jadi ya kalau tren itu terus berada di area dalam titik yang mana mana sama, pasti berubah,” kata Asistant Manager Coorporate Communication Grand Indonesia Annisa Hazarini saat ditemui ANTARA dalam dalam Jakarta, Rabu.

Annisa menuturkan kurasi pada tenant-tenant yang digunakan disebut merupakan bentuk dukungan, yang mana mana diberikan pihak pengelola kepada pemilik perniagaan supaya hasil pelanggan yang dimaksud mana didapatkan mampu lebih lanjut banyak optimal.

Kurasi juga dijalankan guna menghindari terjadinya ‘kanibalisme’ atau saling mematikan satu sejenis lain antar tenant yang dimaksud dimaksud miliki menu dengan jenis yang sama.

Menurutnya, kebijakan itu identik sekali tiada ada ada sangkut pautnya dengan ingin mengatur atau mengintervensi penjual di tempat tempat sana.

“Misalkan dua tenant ini mengedarkan menu yang tersebut sama. Kami akan lihat dari beberapa orang sisi. Misalnya, yang tersebut satu sudah tambahan besar dulu berdiri, yang dimaksud mana satu akan kami minta ganti dengan menu lain yang tersebut dimaksud belum ada dalam area Foodprint,” ujarnya.

Lebih lanjut, Annisa menjelaskan kurasi juga dimaksudkan sebagai strategi menghadapi tantangan dalam pemasaran. Salah satunya yakni setiap tempat dapat dipastikan mempunyai foodcourt dengan gayanya masing-masing.

Selain memenangkan persaingan, langkah itu juga dijadikan sebagai cara untuk mengikuti tren kuliner yang dimaksud berkembang dalam masyarakat. Contohnya kehadiran makanan dengan syarat Korea Selatan seperti nasi bulgogi ataupun minuman dengan boba yang digunakan digunakan kenyal.

“Strategi kami memperbarui terus apa yang mana menjadi keinginan pasar, yang mana mana begitu orang ke sini, berpikir foodcourt dimana-mana ada tapi yang dimaksud paling lengkap itu pada Grand Indonesia. Dari semua jenis makanan itu ada kemudian itu favoritnya yang selalu kami ke depankan,” kata Annisa.

Jadi dapat dipastikan, katanya, tiap tenant maupun makanan yang tersebut mana tersedia dalam dalam Foodprint, tak melulu sama. Hal ini dikarenakan pihaknya selalu mengganti sebagian tenant yang dimaksud kinerjanya bukan terlalu baik.

Annisa mengatakan pergantian tenant juga mampu disebabkan oleh masa berlaku sewa atau kontrak yang tersebut dimaksud sudah habis serta juga tidaklah diperbaharui. Tentunya setelah melalui diskusi panjang kemudian kesepakatan bersama.

“Ada, biasanya diskusi dengan tenant dulu ada juga yang digunakan dimaksud akan terus berlanjut mungkin merekan akan ganti dengan konsep yang digunakan baru, mungkin refresh dari apa yang digunakan itu mereka selama ini evaluasi untuk ke depannya untuk menawarkan konsep baru lalu juga sebagainya,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, ia turut menjamin bahwa tiada ada klasifikasi khusus bagi para pengusaha untuk bisa saja jadi menjadi bagian dari tenant yang dimaksud digunakan berjualan pada dalam Foodprint.

“Tidak ada ya kalau dari teman-teman leasing sudah ketemu identik pemiliknya terus dilihat konsepnya sesuai, lokasi yang dimaksud dimaksud dia tuju serta tersedia dalam kami sesuai, ya sanggup jadi jadi tenant kami,” kata dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top